Friday 10 December 2010

Mencari Pilihan dalam Berkawan

Teman belum bisa disebut teman sebelum terjadi 3 Hal :
 > krtika kita membutuhkannya, > ketika ia berada dibelakang kita, > dan setelah kita meninggal dunia (Ali bin Abi Thalib)

Beberapa kesempatan ku sempat menjadi pencari kehidupan jagat raya sesungguhnya, termasuk didalamnya bulan, bintang dan matahari yang menjadi himpunan yang berkorelasi di langit nan luas di atas sana.
Hari demi hari ku akrab dengan mereka, bulan, bintang dan matahari. Seakan ku mencari sesuatu di antara mereka. Mencari sebuah nuansa keakraban yang ku impikan.

Satu persatu di antaranya ku kenali dengan telitinya, berharap dapat dijadikan sahabat sepanjang hari.

Berawal pada matahari yang setiap pagi dengan pancaran mentarinya membuat kehangatan di sela dinginnya tiupan angin pagi, akan tetapi semakin lama kurasakan, semakin panas terik ku rasa karena semakin hari n semakin lama ku di buat n dibentuk menjadi orang-orang yang tegar dengan segala bentuk resiko yang ada. Dan akhirnya pun tanpa mematikan persahabatan yang telah terjalin ini ku jadikan beliau teman walau hanya di saat aku merasa dingin memerlukannya. Cukup pragmatis akan tetapi mesti ku akui aku tetap membutuhkannya.

Yang kedua ku tertarik pada indah dan meronanya bintang yang berkelap-kelip tampak di kejauhan sana, mereka banyak dan unik dengan berbagai macam karakter kehidupan pada titik masing-masing. Sungguh indah dan kocak bersama mereka, akan tetapi aku tak bisa memaksa mereka semua tuk jadi teman canda dan ceritaku, dan aku khawatir mereka semua tahu tentang keburukanku karena ku takut mereka kan menjauh dariku. Ku fikir ada benarnya juga dan aku tak bisa bebas dengan segala hiruk pikuk aktifitas mereka yang tampak sama dari kejauhan. Lagi-lagi ku menemukan keraguan untuk mempersunting mereka untuk menjadi orang kepercayaanku, tempat penyimpan harta dan segala cerita tentang catatan hidupku.

Dan kemudian ku menemukan bulan yang memberikan kesejukan sepanjang kehadirannya, harus ku akui indah, cerah, unik, dan mungkin hampir mendekati perfect lah. Sepanjang hari kunikmati berjalan dan bercanda bersamanya, walau ku tahu bulan tak bisa bicara layaknya sahabat sejati karena terbatas oleh ruang dan waktu. Keindahan yang dimilikinya terkadang membuat diri ini terlena, ntah dalam ketulusan hati ataupun pembenaran dari nafsu yang terlalu menggebu untuk mencari sahabat sejati. Namun hal itu tak menjadikan diri ini surut dalam mengenal lebih jauh, karena hanya sinar ini yang tersisisa di atas sana. Ingin kumiliki, tapi apa daya terbatas dalam ruang dan waktu dan ia pun mesti mundur dengan teratur menunggalkan waktu yang telah dijalani selama ini. Dan mesti ku ikhlaskan karena memang ku takut semakin terlena dengan pesona keindahannya. Walau mesti ku akui berat. Tapi harus bagaimana lagi, diam hanya bisa menjadi diam akan segala batas dan batas yang ada. Ntah sampai kapan bisa total melupakannya, apa lagi sering setiap malam menyapa melalui malamku. Sungguh lemah dibuatnya dan hal ini yang tak ku inginkan.

Ku tersadar ketika bumi menyapaku, iri dengan apa yang telah kuharapkan dan kufikirkan, sehingga ku menyiakan jasanya selama ini yang menjadi tempat berpijak bagiku. Bumi lah yang mengasuhku semenjak tanda kehidupan itu ku rasakan. Bumi mengajarku semuanya termasuk bagaimana cinta itu sesungguhnya. Dan bumi cinta pertamaku. Dan bumi kembali meneriakkan nasihatnya padaku untuk mencari teman abadi tempat mengadu dan tempat berbagi serta memohon. Dan memberi tahuku tentang arti makna dalam setiap pelajaran di setiap detiknya. Ketika ku Tanya siapa dia??. Bumi menjawab “DIA yang menciptakan ku (bumi), dan mereka (matahari, bintang dan bulan) serta penduduk seisi jagat raya”. Terengah n terperanjat ku sadar, ntah selama ini brapa kali ku sering melupakan Tuhanku….
“Ya Rabb… hamba mohon ampun padamu atas kekhilafan dan ketidakberdayaan dengan ciptaanMu… “

>> semoga kita semua dapat tersadar dan dapat kembali pada fitroh yang ada, yang abadi dan pasti kekal selamanya, dan dalam mambiasakan diri untuk menghambakan pada Tuhan kita ; Rabb maha pencipta Allah SWT.

^_^ W-J-P ^_^

Wednesday 1 December 2010

PETA POLITIK INTERNASIONAL

PETA POLITIK INTERNASIONAL
By : Wandi Jaya Putra


Hasan Al-Banna masuk dalam peperangan yang keras untuk menolak berbagai paham yang keliru tentang hubungan antara agama dan politik. Pemahaman itu telah tertanam akibat kebodohan dan kecenderungn hawa nafsu, diperkuat oleh penjajahan secara pengetahuan yang terus dipelihara, sehingga akarnya semakin kuat tertanam dan batangnya menjulang kokoh ke atas. Sementara, mau tidak mau, harus ada perang terhadap pemikiran yang keliru lalu menggantinya dengan pemikiran yang benar yakni pemahaman islam yang menyeluruh dan terintegrasi mencakup aspek hidup. Termasuk, politik. Seperti yang dipaparkan oleh Qur’an dan Hadist, petunjuk Rasulallah SAW, siroh para sahabat, dan perjalanan umat islam selama 13 abad atau lebih
(DR. Yusuf Al Qordhowi)

Kita ketahui bahwasanya dalam peta dakwah politik internasional banyak sekali dan kita semua sudah sepakat dengan cita-cita khilafah bagi negeri ini. Banyak referensi gerakan ataupun metode dalam mencapai cita-cita kita untuk menegakkan khilafah di Dunia, tak terkecuali yang kita dapati juga di negeri ini. Gerakan dakwah di kancah dunia politik pun di jadikan deskripsi analitik yang bagus terhadap salah satu fase perjuangan dakwah untuk mencapai cita-cita tersebut. Dan dari semua itu membentuk suatu frame pemikian dengan metode dan sesuai fase yang ada. Dari beberapa fase yang sempat membentuk dasar-dasar berfikir yang mendominasi arah berfikir, dengan keseluruhan keunggulan dan kekurangannya pernah dijadikan sistem tanpa mengnalitik terlebih dahulu sistem islam yang ada.

1.      Kapitalisme
Dalam sistem kapitalis ini, sifat yang mendasar yakni  materialistis dan menghendaki kebebasan. Pada dasarnya golongan yang menjadi penggerak utama dalam tahap permulaan kapitalisme di Eropa Barat atau negara-negara industri pada saat ini adalah kelompok sosial dalam masyarakat yang terdiri dari kaum intelektual, mahasiswa, pemimpin suratkabar, kaum pengusaha dan pedagang pribumi, ahli hukum dan kelompok-kelompok Profesional lainnya.
Paham kapitalis didasari oleh asumsi bahwa untuk menciptakan dan mencapai segala harapan dapat dicapai apabila adanya kebebasan untuk melakukan tindakan-tindakan ideology, sosial politik tanpa campur tangan pemerintahan.
Orientasi duniawi menajadikan kehidupan menjadi individualistis, sementara bila kita kaitkan dengan politik dalam persfektif islam sangat jauh sekali, dalam arti kata tingkat kemakmuran dan untuk menciptakan segala harapan tersebut yakni dengan adanya jama’ah, bersama komitmen dan tentunya bergerak bersama-sama. Dengan komitmen yang baik maka membuat fungsi dan peran kepitalisme yang hanya memberi kebebasan dan segala sesuatunya dengan cara apapun baik dengan politik kotor maupun dengan cara mengingkari perjanjian, maka islam dengan komitmen jama’ahnya menawarkan solusi yang cukup baik untuk bersama-sama sehingga kemakmuran yang diharapkan bukan hanya dinikmati oleh beberapa kalangan elit saja, akan tetap keadilan yang menyeluruh.
Sebagaimana perhatian Islam terhadap pemerintah dan penguasa, sebelum itu, sebelum itu islam juga memperhatikan masalah umat islam dalam memilih penguasa yang melahirkan sebuah Negara. Islam lahir di Jazirah arab yang berdiri dari kabilah dan sikap ashobiyah (Primodialisme)nya. Dalam hal ini Islam memberi peringatan yang tegas terhadap sikap asobiyah dalam segala bentuknya, khususnya terkait masalah ras dan kesukuan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh abu daud dalam bab adab dari jabir bin muth’im di terangkan bahwa :

“Bukan dari golongan kami orang yang mengajak pada ashabiyah, atau mengajak kepada ashabiyah, atau menolong karena ashabiyah kemudian ia terbunuh, maka ia terbunuh dalam keadaan jahiliah”

2.      Sosialis
Pada konsep sosialis maka deskriptif yang terlihat merupakan & condong terhadap Ideoogi yang berbeda dengan konsep kapitalis, yakni dengan tujuan untuk memeratakan pendapatan dan masyarakat, mementingkan kebersamaan. Akan tetapi bukan berarti konsep ini sama dengan konsep islam, masih ada perbedaan di antaranya.

Pada dasarnya konsep kebersamaan yang dihadapi sosialis dapat sedikit lebih baik dari pada kapitalis, dalam pengertian dan cakupan politik tetap pada dasar halnya mereka memiliki kelompok yang punya idealistic sendiri, arah dan gerakan maupun kebijakan dari kelompok sosialis ini akan d tetapkan dengan adanya gagasan antara mereka tanpa melihat dan mempertimbangkan referensi yang ada, sehingga diterjemahkan sebagai gerakan baru untuk kelompok sosialis. Baik di pandang dalam persfektif segi kebijakan maupun lainnya.
Jika hal itu kita kembalikan dan bandingkan kembali dengan konsep islam maka Allah SWT menjelaskan dan memerintahkan dalam memutuskan kebijakan ada referensi wajib yang mesti di pehatikan yakni seperti halnya dalam QS. Al-Ma’idah ; 49 yang berarti ;

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hokum yang telah diturunkan oleh Allah).
QS. Al-Maidah; 49
Berbicara tentang Politik maka ada beberapa hal yang menjadi pilar-pilar pendidikan politik oleh Hasan Al-Banna yakni:

a.      Memadukan antara Islam dan Politik (Agama dan Negara)
Ustazd Hasan Al-Banna beusaha keras mengajarkan umat islam pemikiran Syumuliyah Al Islam (Kesempurnaan Islam). Dengan kata lain Ustazd Hasan Al Banna ingin mengembalikan kembali sesuatu yang sudah tetap atau constant selama lebih dari 13 abad sebelum datangnya fase penjajahan dan merasuknya al ghazw al fikr ke rumah-rumah kaum muslimin. Islam itu mengatur kehidupan muslim dalam kehidupannya secara individu, keluarga, sosial dan masyarakat dan politik kenegaraan




b.                  Membangun kesadaran wajib membebaskan tanah air Islam
Dari pemahaman yang di ajarkan oleh ustazd Hasan Al banna muncul kepedulian Ikhwan di Mesir memperhatikan kondisi Negara yang mereka hidup didalamnya dan ereka turut memperjuangkan tuntutan nasinalismenya. Seperti halnya yang menjadi contoh di dalamnya yakni Ikhwan terlibat mengusir inggris dari mesir dan sudan, persatuan sungai nil, juga dalam sebuah konferensi besar di berbagai distrik mesir dan kota-kota besar, guna menanamkan kesadaran pada masyarakat tentang apa ang mereka harus lakukan.

c.       Menegakkan Pemerintahan Islami (Daulah Islamiah)
Eksisitensi umat islam belum bisa tegak dan belum seutuhnya merdeka, kecuali mereka telah terbebas dari belenggu penjajahan di berbagai lini, baik undang-undang, pengajaran, politik dan sebagainya. Dengan kata lain, pemerintahan islami merupakan kewajiban syariah sekaligus kebutuhan ummat manusia.

d.      Menegakkan eksistensi umat
Pilar yang satu ini dimaksudakan agar umat islam mampu mengatur kehidupan masyarakat islam di wilayah negaranya dan juga dunia internasioanal dalam satu ikatan dibawah panji Islam; Beratu dan tidak bercerai. Selain itu, juga menghimpun berbagai kabilah-kabilah agar berada di belakang komando kepemimpinan Muhammad SAW.
Islam sudah menegakkan eksistensi ummat dalam skala besar, mengumplkannya dengan akidah yang kokoh, syariat yang satu, nilai-nilai yang sama, adab-adab yang sama, pemahaman dan syari’ah yang sama serta dalam satu kiblat.

e.       Membangun kesadaran wajib mewujudkan ummat islam
Pilar ini merupakan tuntutan wajib dalam islam sekaligus tuntutan aksiomatik secara duniawi. Disebut sebagai sebagai slah satu kewajiban, karena Allah SWT telah menjadikan kaum muslimin sebagai umat yang satu, yang selalu melindungi siapa saja yang terikat perjanjian dengan mereka, dan membantu siapapun. Allah SWT berfirman;
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku sebagai tuhanmu, maka bertakwalah kepada-KU”
QS. Al Mukminun; 52
f.       Menyambut sistem undang-undang dan parlementer
Beberapa orang masih membayangkan ketika mereka mendengugkan dan meneriakkan “al-qur’an undAng-undang kami”,  dengan artian mereka menolak semua hokum positif apapun, yang di konsep dan di sepakati manusia. Akan tetapi sebenarnya dengan slogan “alqur’an adalah undang-undang kami” adalah bahwa al-qur’an menjadi rujukan tertinggi. Kepada-NYA lah kita kembalikan segala urusan. Tak ada satu urusan apapun yang di terima oleh Al-Qur’an apabila bertentangan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’anlah yang tinggi dan tiada yang menandinginya. Yang memutuskan hokum dan iada di hukumi.

g.      Mengkritisa multipartai dan kepartaian
Ustazd hasan Al Banna sempat mengkritisi dengan adanya partai-partai yang ada di mesir pada saat itu, dalam artian penolakan tersebut dilandasi karena adanya perpecahan, perselisihan, dan perbedaan yang terjadi diantara partai-partai, hal ini merupakan sistem kepartaian yang jahat. Meski dalam undang-undang dan parlemen kita menyambut baik semua itu, akan tetapi kita harus memandangnya secara islam, sebagaimana yang telah kita singgung.

h.      Perlindungan bagi kaum minoritas dan warga asing
Jika kita mengacu pada Solidaritas kebangsaan, solidaritas nasionalisme, maka jelas Islam juga sudah sejak awal mengajarkan hal tersebut.

“Alah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlku adil, terhadap orang0orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampong halaman kalian, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”
QS. Mumtahanah; 8

Dari ke-8 pilar tarbiah politik dengan fiqh siyasi dan Al-Qur’an sebagai rujukan tertinggi maka cukup sudah menjadikan semua itu Pedoman kita semua.
Sesungguhnya Islam adalah Islam Spiritual, Islam Jihad, Islam teori pemikiran, Islam Sosial, Islam Ekonomi, dan Islam politik. Itulah islam secara keselruhan, karena islam memiliki target dan tujuan untuk semua wilayah tersebut dn islam memiliki hokum dan arahantentang semuanya.



Maroji’ / Referensi :
-          Yusul Al-Qardhawy, DR. Yusuf, TARBIYAH POLITIK HASAN AL BANNA, Jakarta, 2007.
-          PARTAI POLITIK ISLAM DALAM PETA POLITIK INDONESIA oleh hamdanzoelfa
-          Kapitalisme, Golongan Menengah dan Negara: Farchan Bulkin
-