Friday 10 December 2010

Mencari Pilihan dalam Berkawan

Teman belum bisa disebut teman sebelum terjadi 3 Hal :
 > krtika kita membutuhkannya, > ketika ia berada dibelakang kita, > dan setelah kita meninggal dunia (Ali bin Abi Thalib)

Beberapa kesempatan ku sempat menjadi pencari kehidupan jagat raya sesungguhnya, termasuk didalamnya bulan, bintang dan matahari yang menjadi himpunan yang berkorelasi di langit nan luas di atas sana.
Hari demi hari ku akrab dengan mereka, bulan, bintang dan matahari. Seakan ku mencari sesuatu di antara mereka. Mencari sebuah nuansa keakraban yang ku impikan.

Satu persatu di antaranya ku kenali dengan telitinya, berharap dapat dijadikan sahabat sepanjang hari.

Berawal pada matahari yang setiap pagi dengan pancaran mentarinya membuat kehangatan di sela dinginnya tiupan angin pagi, akan tetapi semakin lama kurasakan, semakin panas terik ku rasa karena semakin hari n semakin lama ku di buat n dibentuk menjadi orang-orang yang tegar dengan segala bentuk resiko yang ada. Dan akhirnya pun tanpa mematikan persahabatan yang telah terjalin ini ku jadikan beliau teman walau hanya di saat aku merasa dingin memerlukannya. Cukup pragmatis akan tetapi mesti ku akui aku tetap membutuhkannya.

Yang kedua ku tertarik pada indah dan meronanya bintang yang berkelap-kelip tampak di kejauhan sana, mereka banyak dan unik dengan berbagai macam karakter kehidupan pada titik masing-masing. Sungguh indah dan kocak bersama mereka, akan tetapi aku tak bisa memaksa mereka semua tuk jadi teman canda dan ceritaku, dan aku khawatir mereka semua tahu tentang keburukanku karena ku takut mereka kan menjauh dariku. Ku fikir ada benarnya juga dan aku tak bisa bebas dengan segala hiruk pikuk aktifitas mereka yang tampak sama dari kejauhan. Lagi-lagi ku menemukan keraguan untuk mempersunting mereka untuk menjadi orang kepercayaanku, tempat penyimpan harta dan segala cerita tentang catatan hidupku.

Dan kemudian ku menemukan bulan yang memberikan kesejukan sepanjang kehadirannya, harus ku akui indah, cerah, unik, dan mungkin hampir mendekati perfect lah. Sepanjang hari kunikmati berjalan dan bercanda bersamanya, walau ku tahu bulan tak bisa bicara layaknya sahabat sejati karena terbatas oleh ruang dan waktu. Keindahan yang dimilikinya terkadang membuat diri ini terlena, ntah dalam ketulusan hati ataupun pembenaran dari nafsu yang terlalu menggebu untuk mencari sahabat sejati. Namun hal itu tak menjadikan diri ini surut dalam mengenal lebih jauh, karena hanya sinar ini yang tersisisa di atas sana. Ingin kumiliki, tapi apa daya terbatas dalam ruang dan waktu dan ia pun mesti mundur dengan teratur menunggalkan waktu yang telah dijalani selama ini. Dan mesti ku ikhlaskan karena memang ku takut semakin terlena dengan pesona keindahannya. Walau mesti ku akui berat. Tapi harus bagaimana lagi, diam hanya bisa menjadi diam akan segala batas dan batas yang ada. Ntah sampai kapan bisa total melupakannya, apa lagi sering setiap malam menyapa melalui malamku. Sungguh lemah dibuatnya dan hal ini yang tak ku inginkan.

Ku tersadar ketika bumi menyapaku, iri dengan apa yang telah kuharapkan dan kufikirkan, sehingga ku menyiakan jasanya selama ini yang menjadi tempat berpijak bagiku. Bumi lah yang mengasuhku semenjak tanda kehidupan itu ku rasakan. Bumi mengajarku semuanya termasuk bagaimana cinta itu sesungguhnya. Dan bumi cinta pertamaku. Dan bumi kembali meneriakkan nasihatnya padaku untuk mencari teman abadi tempat mengadu dan tempat berbagi serta memohon. Dan memberi tahuku tentang arti makna dalam setiap pelajaran di setiap detiknya. Ketika ku Tanya siapa dia??. Bumi menjawab “DIA yang menciptakan ku (bumi), dan mereka (matahari, bintang dan bulan) serta penduduk seisi jagat raya”. Terengah n terperanjat ku sadar, ntah selama ini brapa kali ku sering melupakan Tuhanku….
“Ya Rabb… hamba mohon ampun padamu atas kekhilafan dan ketidakberdayaan dengan ciptaanMu… “

>> semoga kita semua dapat tersadar dan dapat kembali pada fitroh yang ada, yang abadi dan pasti kekal selamanya, dan dalam mambiasakan diri untuk menghambakan pada Tuhan kita ; Rabb maha pencipta Allah SWT.

^_^ W-J-P ^_^

Wednesday 1 December 2010

PETA POLITIK INTERNASIONAL

PETA POLITIK INTERNASIONAL
By : Wandi Jaya Putra


Hasan Al-Banna masuk dalam peperangan yang keras untuk menolak berbagai paham yang keliru tentang hubungan antara agama dan politik. Pemahaman itu telah tertanam akibat kebodohan dan kecenderungn hawa nafsu, diperkuat oleh penjajahan secara pengetahuan yang terus dipelihara, sehingga akarnya semakin kuat tertanam dan batangnya menjulang kokoh ke atas. Sementara, mau tidak mau, harus ada perang terhadap pemikiran yang keliru lalu menggantinya dengan pemikiran yang benar yakni pemahaman islam yang menyeluruh dan terintegrasi mencakup aspek hidup. Termasuk, politik. Seperti yang dipaparkan oleh Qur’an dan Hadist, petunjuk Rasulallah SAW, siroh para sahabat, dan perjalanan umat islam selama 13 abad atau lebih
(DR. Yusuf Al Qordhowi)

Kita ketahui bahwasanya dalam peta dakwah politik internasional banyak sekali dan kita semua sudah sepakat dengan cita-cita khilafah bagi negeri ini. Banyak referensi gerakan ataupun metode dalam mencapai cita-cita kita untuk menegakkan khilafah di Dunia, tak terkecuali yang kita dapati juga di negeri ini. Gerakan dakwah di kancah dunia politik pun di jadikan deskripsi analitik yang bagus terhadap salah satu fase perjuangan dakwah untuk mencapai cita-cita tersebut. Dan dari semua itu membentuk suatu frame pemikian dengan metode dan sesuai fase yang ada. Dari beberapa fase yang sempat membentuk dasar-dasar berfikir yang mendominasi arah berfikir, dengan keseluruhan keunggulan dan kekurangannya pernah dijadikan sistem tanpa mengnalitik terlebih dahulu sistem islam yang ada.

1.      Kapitalisme
Dalam sistem kapitalis ini, sifat yang mendasar yakni  materialistis dan menghendaki kebebasan. Pada dasarnya golongan yang menjadi penggerak utama dalam tahap permulaan kapitalisme di Eropa Barat atau negara-negara industri pada saat ini adalah kelompok sosial dalam masyarakat yang terdiri dari kaum intelektual, mahasiswa, pemimpin suratkabar, kaum pengusaha dan pedagang pribumi, ahli hukum dan kelompok-kelompok Profesional lainnya.
Paham kapitalis didasari oleh asumsi bahwa untuk menciptakan dan mencapai segala harapan dapat dicapai apabila adanya kebebasan untuk melakukan tindakan-tindakan ideology, sosial politik tanpa campur tangan pemerintahan.
Orientasi duniawi menajadikan kehidupan menjadi individualistis, sementara bila kita kaitkan dengan politik dalam persfektif islam sangat jauh sekali, dalam arti kata tingkat kemakmuran dan untuk menciptakan segala harapan tersebut yakni dengan adanya jama’ah, bersama komitmen dan tentunya bergerak bersama-sama. Dengan komitmen yang baik maka membuat fungsi dan peran kepitalisme yang hanya memberi kebebasan dan segala sesuatunya dengan cara apapun baik dengan politik kotor maupun dengan cara mengingkari perjanjian, maka islam dengan komitmen jama’ahnya menawarkan solusi yang cukup baik untuk bersama-sama sehingga kemakmuran yang diharapkan bukan hanya dinikmati oleh beberapa kalangan elit saja, akan tetap keadilan yang menyeluruh.
Sebagaimana perhatian Islam terhadap pemerintah dan penguasa, sebelum itu, sebelum itu islam juga memperhatikan masalah umat islam dalam memilih penguasa yang melahirkan sebuah Negara. Islam lahir di Jazirah arab yang berdiri dari kabilah dan sikap ashobiyah (Primodialisme)nya. Dalam hal ini Islam memberi peringatan yang tegas terhadap sikap asobiyah dalam segala bentuknya, khususnya terkait masalah ras dan kesukuan. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh abu daud dalam bab adab dari jabir bin muth’im di terangkan bahwa :

“Bukan dari golongan kami orang yang mengajak pada ashabiyah, atau mengajak kepada ashabiyah, atau menolong karena ashabiyah kemudian ia terbunuh, maka ia terbunuh dalam keadaan jahiliah”

2.      Sosialis
Pada konsep sosialis maka deskriptif yang terlihat merupakan & condong terhadap Ideoogi yang berbeda dengan konsep kapitalis, yakni dengan tujuan untuk memeratakan pendapatan dan masyarakat, mementingkan kebersamaan. Akan tetapi bukan berarti konsep ini sama dengan konsep islam, masih ada perbedaan di antaranya.

Pada dasarnya konsep kebersamaan yang dihadapi sosialis dapat sedikit lebih baik dari pada kapitalis, dalam pengertian dan cakupan politik tetap pada dasar halnya mereka memiliki kelompok yang punya idealistic sendiri, arah dan gerakan maupun kebijakan dari kelompok sosialis ini akan d tetapkan dengan adanya gagasan antara mereka tanpa melihat dan mempertimbangkan referensi yang ada, sehingga diterjemahkan sebagai gerakan baru untuk kelompok sosialis. Baik di pandang dalam persfektif segi kebijakan maupun lainnya.
Jika hal itu kita kembalikan dan bandingkan kembali dengan konsep islam maka Allah SWT menjelaskan dan memerintahkan dalam memutuskan kebijakan ada referensi wajib yang mesti di pehatikan yakni seperti halnya dalam QS. Al-Ma’idah ; 49 yang berarti ;

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hokum yang telah diturunkan oleh Allah).
QS. Al-Maidah; 49
Berbicara tentang Politik maka ada beberapa hal yang menjadi pilar-pilar pendidikan politik oleh Hasan Al-Banna yakni:

a.      Memadukan antara Islam dan Politik (Agama dan Negara)
Ustazd Hasan Al-Banna beusaha keras mengajarkan umat islam pemikiran Syumuliyah Al Islam (Kesempurnaan Islam). Dengan kata lain Ustazd Hasan Al Banna ingin mengembalikan kembali sesuatu yang sudah tetap atau constant selama lebih dari 13 abad sebelum datangnya fase penjajahan dan merasuknya al ghazw al fikr ke rumah-rumah kaum muslimin. Islam itu mengatur kehidupan muslim dalam kehidupannya secara individu, keluarga, sosial dan masyarakat dan politik kenegaraan




b.                  Membangun kesadaran wajib membebaskan tanah air Islam
Dari pemahaman yang di ajarkan oleh ustazd Hasan Al banna muncul kepedulian Ikhwan di Mesir memperhatikan kondisi Negara yang mereka hidup didalamnya dan ereka turut memperjuangkan tuntutan nasinalismenya. Seperti halnya yang menjadi contoh di dalamnya yakni Ikhwan terlibat mengusir inggris dari mesir dan sudan, persatuan sungai nil, juga dalam sebuah konferensi besar di berbagai distrik mesir dan kota-kota besar, guna menanamkan kesadaran pada masyarakat tentang apa ang mereka harus lakukan.

c.       Menegakkan Pemerintahan Islami (Daulah Islamiah)
Eksisitensi umat islam belum bisa tegak dan belum seutuhnya merdeka, kecuali mereka telah terbebas dari belenggu penjajahan di berbagai lini, baik undang-undang, pengajaran, politik dan sebagainya. Dengan kata lain, pemerintahan islami merupakan kewajiban syariah sekaligus kebutuhan ummat manusia.

d.      Menegakkan eksistensi umat
Pilar yang satu ini dimaksudakan agar umat islam mampu mengatur kehidupan masyarakat islam di wilayah negaranya dan juga dunia internasioanal dalam satu ikatan dibawah panji Islam; Beratu dan tidak bercerai. Selain itu, juga menghimpun berbagai kabilah-kabilah agar berada di belakang komando kepemimpinan Muhammad SAW.
Islam sudah menegakkan eksistensi ummat dalam skala besar, mengumplkannya dengan akidah yang kokoh, syariat yang satu, nilai-nilai yang sama, adab-adab yang sama, pemahaman dan syari’ah yang sama serta dalam satu kiblat.

e.       Membangun kesadaran wajib mewujudkan ummat islam
Pilar ini merupakan tuntutan wajib dalam islam sekaligus tuntutan aksiomatik secara duniawi. Disebut sebagai sebagai slah satu kewajiban, karena Allah SWT telah menjadikan kaum muslimin sebagai umat yang satu, yang selalu melindungi siapa saja yang terikat perjanjian dengan mereka, dan membantu siapapun. Allah SWT berfirman;
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan aku sebagai tuhanmu, maka bertakwalah kepada-KU”
QS. Al Mukminun; 52
f.       Menyambut sistem undang-undang dan parlementer
Beberapa orang masih membayangkan ketika mereka mendengugkan dan meneriakkan “al-qur’an undAng-undang kami”,  dengan artian mereka menolak semua hokum positif apapun, yang di konsep dan di sepakati manusia. Akan tetapi sebenarnya dengan slogan “alqur’an adalah undang-undang kami” adalah bahwa al-qur’an menjadi rujukan tertinggi. Kepada-NYA lah kita kembalikan segala urusan. Tak ada satu urusan apapun yang di terima oleh Al-Qur’an apabila bertentangan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’anlah yang tinggi dan tiada yang menandinginya. Yang memutuskan hokum dan iada di hukumi.

g.      Mengkritisa multipartai dan kepartaian
Ustazd hasan Al Banna sempat mengkritisi dengan adanya partai-partai yang ada di mesir pada saat itu, dalam artian penolakan tersebut dilandasi karena adanya perpecahan, perselisihan, dan perbedaan yang terjadi diantara partai-partai, hal ini merupakan sistem kepartaian yang jahat. Meski dalam undang-undang dan parlemen kita menyambut baik semua itu, akan tetapi kita harus memandangnya secara islam, sebagaimana yang telah kita singgung.

h.      Perlindungan bagi kaum minoritas dan warga asing
Jika kita mengacu pada Solidaritas kebangsaan, solidaritas nasionalisme, maka jelas Islam juga sudah sejak awal mengajarkan hal tersebut.

“Alah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlku adil, terhadap orang0orang yang tidak memerangi kalian dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampong halaman kalian, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”
QS. Mumtahanah; 8

Dari ke-8 pilar tarbiah politik dengan fiqh siyasi dan Al-Qur’an sebagai rujukan tertinggi maka cukup sudah menjadikan semua itu Pedoman kita semua.
Sesungguhnya Islam adalah Islam Spiritual, Islam Jihad, Islam teori pemikiran, Islam Sosial, Islam Ekonomi, dan Islam politik. Itulah islam secara keselruhan, karena islam memiliki target dan tujuan untuk semua wilayah tersebut dn islam memiliki hokum dan arahantentang semuanya.



Maroji’ / Referensi :
-          Yusul Al-Qardhawy, DR. Yusuf, TARBIYAH POLITIK HASAN AL BANNA, Jakarta, 2007.
-          PARTAI POLITIK ISLAM DALAM PETA POLITIK INDONESIA oleh hamdanzoelfa
-          Kapitalisme, Golongan Menengah dan Negara: Farchan Bulkin
-  

Monday 29 November 2010

Rambu – Rambu Sirah Nabi SAW dalam menegakkan jama’ah

Rambu – Rambu Sirah Nabi SAW dalam menegakkan jama’ah

Rambu pertama : Menyebarkan prinsip-prinsip dakwah
A.    Jalan yang ditempuh dalam penyebaran

Rambu pertama kehidupan Rasulallah saw dalam menegakkan jama’ah ini adalah menyebarkan prinsip-prinsip dakwah dan ajaran-ajaranya. Jalan yang ditempuh adalah dengan mengemukakan prinsip-rinsip dan pemikiran-pemikiran tersebut kepada manusia sedikit demi sedikit, sesuai dengan kepentingan prinsip-prinsip dan pemikiran-pemikiran tersebut dalam dakwah. Juga disesuaikan dengan kapasitas-kapasitas pemahaman dan kemampuan intelektual manusia dalam memahami dan menguasainya.
Syiar dan symbol rambu ini ialah firman Alloh :

äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4

125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (An-Nahl : 125).

Dalam tahap ini Rasulallah menempuh dua jalan :
1.      Kontak pribadi (Ittishal Fardhi)

Cara ini disebut oleh para ahli sirah “tahapan siriyyah (rahasia) dalam dakwah”. Dalil-dalil yang menjelaskan cara ini banyak sekali, diantaranya :
a.       Penyampaian pada khadijah
Dari Aisyah ra dalam hadist yang panjang “……. Maka ia berkata kepada Khadijah dan memberikan kabar (wahyu) itu kepadanya…”
Pensyarah kitab Bahjatul Mahafid berkata ; diantara orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah khadijah, yaitu pertama kali ia menerima wahyu, kemudian kembali pulang kepada khadijah seraya berkata, “selimuti aku, selimuti aku..”


b.      Penyampaian Rasulalloh saw kepada anak pamanya, Ali bin Abi Thalib

Dakwah islam perlu menempuh jalan ini dalam dua keadaan:
-          Pertama; pada permulaan dakwah dan penegakan jama’ah.
-          Kedua; pada saat pemerintah berkuasa melarang para aktivis da’wah melakukan aktivitas da’wah secara terang-terangan atau mengadakan pengajian umum.

2.      Kontak Umum (Ittisal jama’i)

Cara ini disebut oleh para ahli sirah “tahapan dakwah secara terang-terangan”. Dalam tahapan dakwah ini, dakwah menggunakan semua media massa. Seperti dizaman saat ini Televisi, radio, surat kabar, buku, khutbah, ceramah, seminar, dan lainya untuk menyebar fikiran-fikiran dan prinsip-prinsp dakwah kepada semua tingkatan manusia.

Pada tahapan dakwah ini rasulallah menggunakan berbagai sarana untuk menyampaikan dakwah kepada manusia, diantaranya:
a.       Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan dirumahnya, kemudian menyampaikan prinsip-prinsip dakwah kepada mereka.
b.      Mengumpulkan manusia diberbagai tempat, kemudian menyampaikan risalah Alloh kepda mereka
c.       Pergi ke tempat-tempat pertemuan manusia dan menyampaikan dakwah Alloh kepada mereka.
d.      Pergi ke berbagai Negara untuk menyampaikan dakwah.
e.       Mengirim surat kepada para kepala suku dan raja.

  1. Aspek penataan dalam penyebaran dakwah
Aspek penataan (tanzhim) atau program kerja bagi penyebaran dakwah :
a.       Hendaknya para da’I menetukan prinsip-prinsip yang akan dimulai penyebaranya sesuai dalam keperntinganya dalam dakwah. Sebab, ketika Alloh menurunkan wahyu kepada nabi dan RasulNYA, ia menetapkan prinsip utama yang terpenting bagi dakwahnya. Yakni, prinsip yang pertama bagi nabi dan Rasul yang mulia; “sembahlah Alloh olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada illah selain dari padaNYA”. Firman Alloh :
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ  
36. dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl 36)

!$tBur $uZù=yör& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqߧ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ  
25. dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (Al-Anbiya : 25)

b.      Membuat kesepakatan bersama orang yang telah menerima dakwahnya dan menyetujui prinsip yang ditentukannya, agar masing-masing pribadi merekrut satu orang dalam jangka waktu tertentu, secara estafet.

Sistem penataan ini dapat dijelaskan dengan contoh berikut:
-          Misalnya prinsip yang igin disampaikan adalah mengajarkan surat Al-Fatihah atau menekankan pentingnya amal jama’I atau menganjurkan shalat.
-          Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan prinsip tersebut satu jamsetiap hari dalam satu bulan penuh.

Bila kita kalkulasikan maka dalam masa satu tahun kita akan mendapati 4096 orang yang telah disampaikan akan hakikat dakwah tersebut. Dan dalam waktu dua tahun akan mencapai 16.787.456 orang dan seterusnya.




Rambu Kedua : Pembentukan Dakwah

  1. Pengertian Takwin (Pembentukan)

Rambu kedua Sirah rasulalloh dalam membina jama’ahnya adalah pembentukan dakwah. Rambu ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Karena dianatara orang yang mendapatkan penyebaran dakwah tersebut ada yang menerima dan meyakininya dan ada juga yang menolaknya.
Rambu kedua Sirah rasulallah ini khusus bagi kelompok yang menerima dakwah pada rambu pertama (penyebaran prinsip-prinsip dakwah). Jadi pengertian rambu ini adalah pembentukan (takhwin) orang-orang yang telah menerima dakwah atas dasar-dasar dakwah, dan men-sibghah mereka sesuai dengan kandungan pemikiran-pemikiran dan ajaran-ajaran dakwah. Pembentukan ini tidak mungkin dapat dilakukan pada tahap penyebaran dakwah (rambu pertama), karena hal ini trmasuk ruang lingkup tarbiyah (pembinaan) dan ta’lim (pembekalan keilmuan). Tarbiyah dan takwin tidak mungkin dapat dilakukan kecali pada rambu yang kedua, yakni takhwin.
Adapun kelompok manusia yang menolak dakwah, status mereka tetap pada rambu yang pertama. Hubungan dakwah dengan kelompok ini adalah tabligh dan indzar (pemberi peringatan) hingga Alloh memberikan keputusan dan mengizinkan untuk melakukan konfrontasi dan menundukkan mereka kepada dakwah islam.
bÎ)ur tb%x. ×pxÿͬ!$sÛ öNà6ZÏiB (#qãZtB#uä üÏ%©!$$Î/ àMù=Åöé& ¾ÏmÎ/ ×pxÿͬ!$sÛur óO©9 (#qãZÏB÷sム(#rçŽÉ9ô¹$$sù 4Ó®Lym zNä3øts ª!$# $uZoY÷t/ 4 uqèdur çŽöyz šúüÏJÅ3»ptø:$# ÇÑÐÈ  
87. jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya. (Al-A’raf : 87)





  1. Contoh Gerakan dalam rambu ini.
Rambu kedua pada sirah ini merupakan penyempurna dan penyambung rambu pertama. Kedua rambu ini saling melengkapi dan menyempurnakan rambu pertama. Karena itu, orang-orang yang berhenti pada rambu pertama saja (hanya melakukan tabligh dan penyebaran)  dan tidak mau beralih kepada rambu yang kedua (takwin dan bina) bersama orang-orang yang telah menerima dakwahnya pada rambu pertama, adalah orang-orang yang berdakwah tidak sesuai dengan manhaj’ Rasulalloh saw.
Selain berkewajiban menyampaikan da’wah, paa da’I juga berkewajiban membina dan membentuk manusia sesuai dengan aqidah dan akhlak dakwah. Jika tidak, mereka tidak akan sampai pada yang diharapkan.

  1. Syiar Tahapan ini
÷ŽÉ9ô¹$#ur y7|¡øÿtR yìtB tûïÏ%©!$# šcqããôtƒ Næh­/u Ío4rytóø9$$Î/ ÄcÓÅ´yèø9$#ur tbr߃̍ム¼çmygô_ur ( Ÿwur ß÷ès? x8$uZøŠtã öNåk÷]tã ߃̍è? spoYƒÎ Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( Ÿwur ôìÏÜè? ô`tB $uZù=xÿøîr& ¼çmt7ù=s% `tã $tR̍ø.ÏŒ yìt7¨?$#ur çm1uqyd šc%x.ur ¼çnãøBr& $WÛãèù ÇËÑÈ  
28. dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi : 28)

Ayat ini memerintahkan Nabi saw bersabar atas kekurangan dan kesalahan orang-orang yang menerima dakwahnya. Bersabar terhadap banyaknya pertanyaan mereka, khususnya jika mereka melakukan kesalahan; dan bersabar atas keraguan mereka dalam menerima pengarahan. Ayat ini juga memerintahkan nabi saw agar berusaha dengan tekun meminta kesabaran mereka dalam menghadapi fitnah-fitnah para musuh dakwah; disamping menjelaskan karekteristik jalan dakwah yang penuh kesulitan. Ayat ini juga menghimbau agar Nabi saw tidak terperdaya oleh para penipu yang ingin menjauhkannya dari para pengikut dakwahnya. Jangan mendengar segi-segi negative mereka saja; dan jangan sampai mengikuti orang-orang yang sombong dan angkuh yang hatinya telah dilupakan Alloh dari hakikat yang benar.

  1. Sasaran Tahapan ini

uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ  
2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah : 2)

Sasaran yang terpenting dalam rambu ini adalah mengubah akal yang ummi (jahalah) kepada ilmu, hikmah dan ma’rifah, dan mengubah moral dan perilakunya darimkesesatan dan kemerosotan kepaa kebersihan dan kesucian (tazkiyah). Semua ini tidak dapat diwujudkan kecuali melalui tarbiyah (pembinaan) dan ta’lim sebagai esensi takwin (pembinaan).

  1. Sisi Penataan Dalam Rambu ini

Sisi penataan (tanzhim) dalam pembinaan jama’ah kadang berlangsung pada tahap ittishal fardhi (kontak pribadi) pada rambu pertama, yakni tahapan siriyyah, dan kadang berlangsung pada tahap ittishal jama’I (kontak umum), atau kadang berlangsung pada kedua tahapan tersebut.
Dalam kondisi dan tahapan tersebut, rasulalloh saw menempuh cara-cara tertenu, yaitu:
1.      Takwin (Kaderisasi) dalam tahap Siriyyah

Jika rambu ini (takwin) diperlukan pada tahapan kontak pribadi (tahapan siriyyah), maka Rasulallah saw membagi orang-orang yang telah menerima dakwahnya untuk ditakwin dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok beranggotakan tiga-lima orang. Kelompok-kelompok kecil ini mengadakan pertemuan rutin setiap hari atau berkala pada tempat dan waktu yang berlainan.




2.      Takwin (Kaderisasi) pada tahap ‘Alaniyah
Apabila rambu takwin (kaderisasi) diperlukan pada tahapan ittisal ‘am (kontak umum), yakni pada tahapan ini da’wah secara terang-terangan (‘alaniyah), maka Rasulalloh menempuh beberapa cara yang berbeda dengan cara yang ditempuhnya pada tahapan siriyyah. Antara lain :
  1. Membuat beberapa halaqoh jama’iyah yang berjumlah besar.
  2. Mengadakan perjalanan (rihlah) jama’iyah tertentu.
  3. Mengkondisikan situasi umum terhadap da’wah melalui khutbah-khutbah dan ceramah-ceramah umum.

3.      Takwin (Kaderisasi) dalam tahapan Sirriyah dan ‘Alaniyah
Apabila rambu ini (takwin) diperlukan dalam tahapan ittisal fardi dan ittisal jama’I, maka para da’i dapat menerapkan cara-cara yang ada pada kedua tahapan itu. Hal ini nampak jelas pada sirah Rasulalloh saw. Sebab, da’wah pada tahapan siriyyah mempunyai dua sisi.
Pertama, dilakukan secara terang-terangan (‘alaniyah) dan diketahui semua orang.
Kedua, dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi dan tidak diketahui semua orang.